Memberi dapat Menambah Rezeki

Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah

Memberi merupakan bentuk latihan menjadi orang kaya, karena kaya sendiri merupakan bentuk kelebihan harta.

Cara menjadi kaya adalah harta yang dimiliki bukanlah disimpan ataupun ditabung, melainkan harus digunakan dan berputar untuk memenuhi kebutuhan.
Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman pada Al Quran surat Al Baqarah ayat 261 yang menyebutkan bahwa “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Tafsir dari menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

Namun memberi tidak harus banyak, asalkan ikhlas. Memberi juga tidak bergantung pada banyaknya jumlah yang diberikan, tapi alangkah baiknya jika memberi sesuatu yang terbaik dari apa yang dimiliki, bukan memberi sesuatu hal yang kita sendiri enggan menerimanya.

Uang yang kita sedekahkan dijalan Allah dengan (ikhlas dan tidak riya) yang hanya kecil dimata manusia, namun itu sangat besar di sisi Allah SWT. Allah akan melipat gandakan harta kita seperti yang telah Allah umpamakan dalam surat Al Baqarah ayat 261 diatas, bahwa dari sebutir benih akan menjadi tujuh bulir, dengan kata lain, (seandainya kita bersodaqoh dengan Rp 1000 maka akan menumbuhkan Rp 7000 bulir). Dan lebih dahsyatnya lagi dari setiap bulir akan dibuahkan atau dihasilkan sebanyak seratus biji. (jadi dari tujuh ribu tadi akan tumbuh tiap seribuannya dikali dengan seratuh biji= 7000×100= Rp 700.000,.). Masyaallah

How To Rich

Pernah kecewa

Saat sekolah dulu, setiap Jumat pasti ada pengutipan infak yang dikutip oleh anak-anak OSIS. Awalnya penulis berpikir bahwa uang hasil infak tersebut akan digunakan untuk keperluan sosial menyantuni anak yatim atau disalurkan kembali pada puhak yang memang membutuhkan.

Tapi kenyataan berbeda dengan ekspektasi. Ternyata uang infak tersebut untuk biaya keperluan OSIS.

Kecewa iya. Tapi apa mau dikata. Setelah ditanya pada guru agama di sekolah, hal tersebut diperbolehkan. Uang infak dari sekolah digunakan kembali untuk sekolah, entah untuk keperluan acara-acara disekolah seperti pensi, biaya konsumsi apabila ada acara keagamaan seperti pesantren kilat ataupun untuk keperluan ATK OSIS. Begitupun infak mesjid digunakan kembali untuk perawatan mesjid seperti membayar tagihan listrik dan air.

Selama uang tersebut berputar untuk kepentingan yang membawa manfaat bagi penggunanya, nilai daripada pemberian berupa infak ataupun sadaqah tersebut tidak akan mempengaruhi pahala yang di dapat.

Rezeki tidak Melulu Berupa Uang ataupun Kekayaan Harta

Pernah suatu hari ada seseorang yang mengeluh dengan apa yang diberikannya tak kunjung dibalas berkali-kali lipat seperti yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lantas dia bertanya, dan saya pun bingung untuk menjawabnya. Alhasil yang bisa saya jawab hanya ‘tenang aja, amal baik selalu dicatat dengan baik oleh malaikat Raqib.

Lama sekali pertanyaan tersebut tak kunjung terjawab secara logis.

Hingga tak lama waktu pun menjawab.

Ustad Khalid Basalamah menerangkan lebih tepatnya.

Beliau menjelaskan alasan yang cukup logis atas pertanyaan tersebut.

Bahwa rezekinya Allah itu luas tidak terpaku hanya berupa uang dan kekayaan. Bisa jadi apa yang kita keluarkan atau berikan adalah pembersih harta yang kita dapatkan. Atau bisa jadi jika kita tidak keluarkan, atau memberikan kepada yang berhak, akan mengeluarkan lebih banyak biaya. Sebagai contoh misalnya kita yang jarang olahraga bahkan bisa dikatakan malas, ditambah dengan pola makan yang tidak sehat, serba instan (junk food), maka bukan tidak mungkin akan terserang penyakit. Boleh jadi penyakit tersebut membutuhkan biaya yang banyak untuk penyembuhannya, seperti misalnya penyakit diabetes [ (naudzubillah)/ hanya contoh ya]. Akan tetapi, karena kita mengeluarkan harta kita di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan bersedekah, memberikan pada orang yang membutuhkan maka kita hanya terserang penyakit kegemukan atau kemalasan. Sehingga biaya yang kita butuhkan tidak sebanyak biaya untuk pengobatan diabetes. Justru harta yang dikeluarkan tersebut menjadi penggugur dosa agar kita kembali menjalani kehidupan yang benar.

Setelah kita berbagi dengan sedekah, otomatis perasaan kita pun ikut bahagia melihat orang yang diberi tersenyum gembira menerima apa yang kita beri.

Pastilah hati kita menjadi tenang dan lapang. Inilah yang dinamakan rezeki.
Rezeki tersebut datang berupa nikmat kepuasan. Bisa juga berbentuk rezeki kesehatan. Rezeki berupa rahmat Allah yang senantiasa memberikan ketengan jiwa.

Kenikmatan seperti ini lebih tak ternilai dibandingkan dengan keberlimpahan harta yang tidak ada habisnya jika ingin dihabiskan.

Kenikmatan seperti ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang mau menjalankan dengan sungguh-sungguh perintah Allah, dengan keimanan dan tanpa rasa takut kehilangan janji-janji Allah yang pasti.

Jangan takut berbagi, karena dengan berbagi kita dapat merasakan kenikmatan hidup yang sebenarnya.

Apalagi zaman yang serba canggih saat ini memudahkan kita untuk memberikan donasi secara online kapan pun dan dimanapun tanpa menganggu aktivitas.

Banyak sekali situs berbagi yang ada di Indonesia, diantaranya Dompet Dhuafa sebagai wadah kemanusiaan demi mewujudkan masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal melalui sistem yang berkeadilan.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.